PRINSIP-PRINSIP DASAR DRAMA

Goodpeople--Kali ini saya akan membagikan makalah bahasa indonesia mengenai prinsip-prinsip dasar drama . Silakan baca selengkapnya di bawah ini :)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Drama menurut bahasa Yunani berarti aksi atau perbuatan, sedangkan pengertian drama secara luas adalah jenis karangan atau cerita yang dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, lakon, mimik dan perbuatan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan.

Dalam buku The American College Dictionary drama didefenisikan sebagai prosa atau puisi yang menyajikan dialog dua orang atau lebih, pantonim atau cerita yang memiliki konflik atau klimaks untuk dipentaskan.

Didalam Oxford Dictionary drama sebagai komposisi prosa boleh disesuaikan untuk disaksikan diatas pentas yang ceritanya disampaikan melalui dialog dan aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar seperti kehidupan yang sesungguhnya.

Dasar-dasar inilah yang membuat drama merupakan bagian dari sastra. Selain bagian dari sastra drama juga merupakan bagian dari seni, karena didalam drama juga terdapat dasar-dasar seni seperti lakon, seni drama, seni tari, dan juga seni musik.

Seperti yang kita ketahui ada berbagai macam jenis drama, yakni drama berdasarkan isi ceritanya, drama berdasarkan bentuknya, drama berdasarkan massa waktunya, dan drama berdasarkan cara penyajiannya. Disamping itu terdapat beberapa prinsip yang digunakan untuk mengevaluasi drama maupun seni yang lainnya, prinsp yang terkenal yakni adalah prinsip Goethe. Prinsip ini juga dapat membantu dalam proses pembelajaran drama dalam pendidikan.



1.2    Rumusan Masalah

Berawal dari latar belakang tersebut, kita akan memperbincangkan hal apa saja yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar drama, antara lain :

1.      Apa saja jenis-jenis drama ?

2.      Bagaimana prinsip drama menurut Goethe ?

3.      Bagaimana drama dalam pendidikan ?

1.3    Tujuan

Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis drama.

2.      Untuk mengetahui prinsip Goethe dalam drama.

3.      Untuk mengetahui dan memahami drama dalam pendidikan.

1.4    Manfaat

Penyusunan makalah ini mempunyai manfaat antara lain :

1.      Dapat menambah pengetahuan mengenai berbagai jenis drama.

2.      Membangkitkan rasa percaya diri dan meningkatkan keterampilan membaca nyaring.

3.      Dapat memahami dan mengimplementasikan lakon dalam berbagai jenis drama.

4.      Dapat membedakan jenis-jenis drama berdasarkan pengelompokannya.

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Landasan Teori

            Drama secara harfiah berasal dari bahasa Yunani "Dromai" yang berarti berbuat atau bertindak. Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog para tokoh-tokohnya.

Menurut Wood dan Attfield, 1996 (dalam Sariana, 2010:60). Drama adalah proses lakon sebagai tokoh dalam peran, mencontoh, meniruh gerak pembicaraan perseorangan, menggunakan secara nyata dari perangkat yang dibayangkan, penggunaan pengalaman yang selalu serta pengetahuan, karakter dan situasi dalam suatu lakuan, dialog, monolog, guna menghindarkan peristiwa dan rangkaian cerita cerita tertentu.

            Drama dilkasifikasikan lagi menjadi beberapa bagian berdasarkan isi, cara penyajian, bentuk, dan massa waktunya. Menurut Lutters (2006: 35) drama terbagi dalam enam jenis, yaitu drama komedi, drama tragedi, drama misteri, drama laga/ action, drama melodrama, dan drama sejarah. 1) Drama komedi Drama komedi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu komedi farce, komedi, slaptic, komedi satire, dan komedi situasi. 2) Drama tragedi. Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian, kekecewaan atau kesedihan. 3) Drama misteri. Jenis drama ini dapat dibagi lagi dalam beberapa bagian, yaitu Mistik, Horor, dan Kriminal. 4) Drama laga/ action. Drama laga/ action terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu modern, dan tradisional. 5) Drama melodrama. Drama jenis ini bersifat sentimental atau melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayudan mendramatisisasi kesedihan. 6) Drama sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwa.

2.2  Pembahasan

2.2.1  Jenis-Jenis Drama

Drama dapat dibagi beberapa jenis, dapat berdasarkan isinya, berdasarkan cara penyajian, berdasarkan bentuk, dan bedasarkan massa waktunya. Di bawah ini terdapat uraian mengenai berbagai jenis drama.

Drama Berdasarkan Isi Ceritanya

1.      Drama tragedi

Drama tragedi adalah drama dengan kisah sedih yang tak berujung. Tokoh-tokoh yang terlibat akan dikenakan masalah atau bencana yang besar, serta biasanya diakhiri dengan kesedihan pada tokoh protagonis.

Contoh: drama Romeo dan Juliete, dan film Titanic.

2.      Melodrama

Melodrama adalah drama yang sangat mengharukan, meyakinkan, menyentuh hati, dan cendrung berlebihan. Melodrama biasanya terdiri dari tokoh antagonis yang sangat jahat dan kejam dan tanpa ada sisi baiknya sedikitpun dan tokoh protagonis yang sangat baik tanpa ada kesalahan, dan didalam melodrama tokoh hanya bersikap pasrah dengan apa yang terjadi.

Contoh: film Eiffle I’m in Love, dan mayoritas seluruh sinetron di indonesia adalah melodrama.

3.      Komedi (drama ria)

Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur, didalamnya terdapat dialog kocak atau perbuatan yang dapat mengundang tawa, bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan bahagia. Tidak semua orang dapat tertawa pada saat melihat drama komedi. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan dan budaya yang berbeda.

Contoh: film Mr. Bean.

4.      Dagelan

Dagelan adalah drama yang isinya kocak dan ringan, biasanya bersifat kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak ada konsistensi terhadap tokoh dan alur. Tokoh yang awalnya antagonis atau protagonis dapat berubah menjadi kocak di tengah tengah cerita. Oleh sebab itu durasi dalam dagelan juga jarang sekali ditepati.

Contoh: Ketoprak Humor, teater Srimulat, dan Opera Van Java.

Drama Berdasarkan Cara Penyajiannya

1.       Closed drama (drama untuk dibaca)

 Closed drama adalah drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan hanya bagus jika hanya dibaca. Drama ini terdiri dari dialog-dialog panjang dan dengan kata-kata yang indah. Dialog yang digunakan tidak mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit untuk dipentaskan.

2.      Drama treatrikal (drama yang dipentaskan)

Drama treatrikal adalah drama yang dipentaskan baik diatas panggung maupun tidak.

3.      Drama radio

Drama radio adalah drama yang dipentaskan melalui radio. Drama radio mementingkan dialog antar tokoh yang diucapkan. Drama radio biasanya direkam melalui kaset dan diberikan sound effect agar lebih menarik. Adegan dan babak dalam drama radio dapat diganti sebanyak mungkin karena tidak perlu mengganti properti.

4.      Drama televisi

Drama televisi adalah drama yang ditayangkan dan dipentaskan melalui media televisi. Kelebihan media televisi adalah pada saat menayangkan flashback. Drama televisi berbentuk skenario dan ditayangkan dalam bentuk film dan sinetron.

Drama Berdasarkan Bentuknya

1.      Sandiwara

Sandiwara terdiri atas dua bahasa jawa yaitu sandi yang berarti rahasaia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara adalah suatu pengajaran dan disampaikan secara sia-sia melalui tontonan.

2.   Teater rakyat

Teater rakyat adalah tontonan drama yang dipertunjukan dihadapan orang banyak dan bersifat merakyat. Contohnya seperti lenong dari jakarta, ketoprak dari jawa, arja dari bali dan sebagainya.

 3.  Opera

Opera adalah drama yang berisi dialog dan musik pada saat penyajiannya. Opera juga biasa disebut sebagai drama musikal.

4.  Sendratari

Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog. Suasana adegan dengan gerak yang berunsur tari dari para pemainnya. Biasanya drama yang dibawakan secara sendratari ini adalah cerita klasik seperti Ramayana dan Mahabarata.

5.  Pantonim

Pantonim adalah seni drama tanpa kata kata dan hanya menggunakan gerak tubuh dan mimik wajah. Pantonim biasanya diiringi oleh musik.

 6.  Operet atau opperette

Operet adalah opera dengan cerita yang lebih pendek.

7.  Passie

Passie adalah drama dengan unsur agama atau religius.

8.  Wayang

Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.

9.   Drama bentuk prosa

Seperti juga halnya karya sastra yang dapat ditulis dalam bentu prosa, maka drama pun dapat di tulis dalam bentuk prosa.

10.  Drama berbentuk puisi

Selain dalam bentuk prosa, drama pun ada pula yang di tulis dalam bentuk puisi. Biasa juga disebut dengan istilah drama bersajak.

11.  Drama campuran prosa dan puisi

 Ada juga drama yang sebagian ditulis dalam prosa dan seragian dalam puisi. Jadi berbentuk campuran prosa dan puisi.

Drama Berasarkan Massa Waktunya

1.        Drama Baru (Modern)

Drama baru adalah drama yang bertujuan memberi pesan kepada penonton dan temanya berdasarkan kehidupan sehari-hari.

Contoh : sinetron, opera, dan film.

2.        Drama Lama (Klasik)

Drama lama adalah drama yang menceriitakan kesaktian, istanasentris, kehidupan dewa-dewi, kejadian ajaib, dan lain sebagainya.

Contoh : lenong (pertunjukan sandiwara dengan gambang kromong dari Jakarta), wayang, dan dagelan.

2.2.2    Prinsip Goethe Dalam Drama

 Pada abad 18, pengarang drama Jerman terkenl yang bernama Goethe telah merumuskan tiga prinsip utama bagi kritik atau evaluasi drama, yang sejak itu telah dipergunakan sebagai dasar untuk menilai drama khususnya, seni pada umumnya. Prinsip-prinsip Goethe yang terkenal itu berada dalam bentuk pertanyaan, yaitu :

1.    Apa yang hendak dikerjakan oleh sang seniman ?

2.    Baikkah dia melakukan hal itu ?

3.    Pantaskah hal itu dilakukan ?

(Albert [et all], 1961 :48).

Walau Goethe pada mulanya menitik beratkan prinsip-prinsip tersebut bagi drama, namun ketiga pertanyaan itu dapat pula kita terapkan pada karya sastra lainnya, seperti puisi, novel, cerita pendek, karena kata seniman “seniman” telah mencakup seliuruh seni, inklusif seni sastra.

2.2.3    Drama dalam Pendidikan

Kegunaan drama dalam pendidikan tidak dapat di sangkal lagi. Yang hendak kita singgung disini hanyalah mengenai “drama anak-anak” dan creative dramatic.

1.     Sebagai Pendidikan Sosial

      Drama membawa persoalan kepada aspek yang lebih luas pencakupannya. Aspek-aspek yang menjadi tugas drama untuk mendidik para penonton ialah membawa manusia mendekati alam sekeliling yang masih baru. Selain itu perubahan sikap kita dapat terlihat pada drama-drama dahulu yang banyak menerapkan pengajaran dan pendidikan walaupun drama itu bercorakan komedi. Selain itu, drama juga membawa sindiran kepada masyarakat yang berada dalam kepincangan agar berubah dan dapat membawa keejahteraan. Secara tidak langsung drama mengajar kita berfikir dan mendidik kita untuk menjadi yang terbaik.

2.    Drama Anak-anak

     Mengenai istilah “drama anak-anak” ini memang sering terdapat perbedaan. Hal yamg menjadi pegangan di sini adalah “sebuah drama yang di pentaskan untuk penonton  yang terdiri atas anak-anak, dengan lakon yang di suguhkan secara cermat oleh aktor-aktor yang memenuhi syarat-syarat sebagai aktor” (Sastrowondho, 1968 : 15).

Berdasarkan keterangan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa :

a.    Para  penonton pada “drama anak-anak” terdiri atas anak-anak.

b.    Para aktor bukan anak-anak tetapi orang yang memenuhi syarat sebagai aktor.

c.    Tema atau isi cerita harus di sesuaikan dengan perkembangan jiwa dan mental anak-anak.

d.   Penyuguhan lakon dilakukan secara cermat untuk penonton yang terdiri atas anak-anak.

           Jadi dapat dikatakan bahwa “drama anak-anak adalah drama untuk anak-anak”, sedangkan “drama yang dimainkan oleh anak-anak disebut creatve dramatic”.

3.     Creative Dramatic

      Berlainan dengan “drama anak-anak” maka creative dramatic adalah drama yang dipergunakan sebagai media pendidik anak-anak. Menurut Sumantri Sastrowondho, yang menjadi tujuan adalah creative dramatic  bukanlah publik, melainkan proses dari penyelenggaraan drama itu sendiri bagi para peserta yang terdiri dari anak-anak. Proses ini bertitik tolak pada perkembangan dan pertumbuhan anak-anak itu sendiri.

         Guru yang memimpin permainan ini tidak hannya bertindak sebagai sutradara ataupun direktur tetapi juga sebagai penuntun dan pendidik. Dialog-dialog dalam creative dramatic itu diucapkan oleh anak-anak itu sendiri. Creative dramatic sama sekali tidaklah bertujuan untuk mendidik anak-anak menjadi aktor, tidak ditujukan untuk dipentaskan para penonton atau publik.

         Hal yang menjadi tujuan adalah menumbuhkan perkembangan anak-anak secara menyeluruh. Dengan demikian, creative dramatic ini pada dasarnya dapat disamakan dengan drama informal. Dikatakan demikian karena :

a.    Segala kegiatan dalam pementasannya tergantung pada pelaksana pelakunya.

b.    Dialog dan gerak dilakukan tanpa persiapan-persiapan.                     

       Walau secara sepintas seakan-akan terlihat adanya pertentangan antara crative dramatic sebagai drama informal, tetapi ada kenyataan mempunyai hubungan yang erat dan baik , serta membawa manfaat bagi anak-anak. Sebab ternyata, anak-anak yang sudah pernah (apa lagi sering) turut serta dalam creative dramatic akan menjadi seorang penonton yang baik pada teater anak-anak dengan perhatian dan apresiasi yang besar dan mendalam.

 Dengan demikian dapat kita katakan bahwa manfaat creatif dramatic antara lain :

a.    Memupuk kerjasama yang baik dalam pergaulan sosial.

b.    Memberi kesempatan kepada anak untuk melahirkan daya kreasi masing-masing.

c.    Mengembangkan emosi yang sehat pada anak-anak.

d.   Menghilangkan sikap gugup, malu, dan lain-lain.

e.    Mengembangkan apresiasi dan sikap yang baik.

f.     Menghargai pendapat dan pikiran orang lan.

g.    Menanamkan kepercayaan pada diri sendiri.

h.    Dapat mengurangi kejahatan dan kenakalan anak-anak.

(Sastrowondho ; 1968 : 17).

4.      Metode Sosiodrama

       Metode sosiodrama adalah metode pengajaran dengan cara drama. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam metode ini adalah :

a.    Mengemukakan suatu masalah.

b.    Mendramatisasikan drama tersebut.

c.    Mendiskusikan hasil dramatisasi.

     Adapun nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam metode ini antara lain :

a.    Para pelajar dilibatkan pada persoalan hidup.

b.    Memberi kesempatan “bildung”.

c.    Para pelajar dapat mendiskusikan nilai-nilai kehidupan yang perlu bagi dirinya sendiri.

d.   Dapat menghargai pendapat orang lain.

e.    Menghargai golongan lain.

f.     Mempunyai peranan dalam pembentukan pribadi sendiri.

g.    Merupakan latihan mempergunakan bahasa dengan teratur dan baik.

h.    Melatih anak berpikir cepat.

i.      Melatih para pelajar lain sebagai penonton.

j.      Para pelajar dapat mengerti secara intelektual dan merasakan persoalan sosial-psikologis.

k.    Menimbulkan diskusi yang hidup.

l.      Mendidik pelajar agar berani mengemukakan pendapat. (Brahim, 1969 : 156-7).

BAB III

PENUTUP

3.1    Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1.    Jenis-jenis drama dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yakni drama berdasarkan isi ceritanya, drama berdasarkan bentuknya, drama berdasarkan cara penyajiannya, dan drama berdasarkan massa waktunya.

2.    Prinsip Goethe dalam drama adalah berupa pertanyaan yang telah dijadikan sebagai dasar untuk menilai drama pada khususnya, dan seni pada umumnya. Prinsip Goethe yaitu :

a).  Apa yang hendak dikerjakan oleh sang seniman ?

b).  Baikkah dia melakukan hal itu ?

c).  Pantaskah hal itu dilakukan ?

(Albert [et all], 1961 :48).

3.    Drama dalam pendidikan secara tidak langsung mengajarkan kita berfikir dan mendidik kita untuk menjadi yang terbaik.  Terdapat dua macam drama, yakni drama anak-anak dan creative dramatic. Pengajaran mengenai drama dapat menggunakan metode sosiodrama yang dapat menunjang pembelajaran drama.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prisip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

______. 2002. Terampil Bermain Draama. Jakarta : Grasindo.

Brahim. 1969. Drama dalam Pendidikan. Jakarta. Gunung Agung.
Previous
Next Post »

2 komentar

Write komentar