FAKTOR-FAKTOR KEEFEKTIFAN BERBICARA

Goodpeople--Kali ini saya akan berbagi makalah bahasa Indonesia mengenai faktor-faktor keefektifan berbica. Selengkapnya dapat dilihat di bawah ini ya :)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

     Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya, harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar serta bagaimana mengemukakannya dengan bahasa dan pengucapan bunyi bahasa tersebut. Yang dimaksud ucapan adalah seluruh kegiatan yang kita lakukan dalam memproduksi bunyi bahasa, yang meliputi artikulasi, yaitu bagaimana posisi alat bicara, seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu kita membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan, dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. Maka dari itu, dalam hal ini ada beberapa faktor yang diperhatikan oleh seorang pembicara untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

1.2 Rumusan Masalah

     Berawal dari latar belakang tersebut, kita akan memperbincangkan hal apa saja yang berkaitan dengan faktor penunjang keefektifan berbicara, antara lain :

1. Faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, yang meliputi :

    a. Ketepatan ucap.

    b. Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai.

    c. Pilihan Kata (Diksi).

    d. Ketepatan sasaran pembicaraan.

2. Faktor nonkebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, yang meliputi :

    a. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.

    b. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara.

    c. Kesediaan menghargai pendapat orang lain.

   d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat.

   e. Kenyaringan suara juga sangat menentukan.

   f. Kelancaran.

   g. Relevansi / Penalaran.

   h. Penguasaan Topik.

1.3 Maksud dan Tujuan

     Adapun maksud dan tujuan disusunnya makalah ini, yaitu diharapkan pembaca dapat mengetahui, memahami, serta menguasai beberapa hal antara lain :

 a. Dapat membiasakan diri mengucapkan bunyi bahasa secara tepat.

 b. Mengetahui penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai.

 c. Benar dalam menggunakan pilihan kata (diksi).

 d. Sasaran pembicaraan menjadi tepat.

 e. Pembicara dapat bersikap tenang dalam berbicara.

 f. Dapat mengarahkan pandangan pada pendengar.

 g. Dapat menghargai pendapat orang lain.

 h. Menguasai gerakan dan mimik yang sesuai.

 i. Dapat mengatur kenyaringan suaranya.

 j. Berbicara dengan lancar.

 k. Mempunyai relevansi.

 l. Dapat menguasai topik pembicaraan.

1.4 Manfaat Penulisan

      Penyusunan makalah ini mempunyai manfaat antara lain :

a. Pembicara dapat menjadi seorang pembicara yang baik.

b. Dapat memahami faktor kebahasaan yang dapat menunjang keefektifan berbicara.

c. Dapat memahami dan mempraktikan faktor nonkebahasaan dengan baik pembicaraan menjadi efektif.

d. Dapat mengefektifkan waktu dengan baik dalam pembicaraannya.

e. Pembicaraannya dapat dimengerti oleh pendengar.


 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor-faktor Kebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

2.1.1 Ketepatan Ucapan

    Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacatakan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik. Atau sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarikperhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) dianggap aneh. Dengan hal tersebut, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.

2.1.2 Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai

     Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Dalam pemberian tekanan pada kata atau suku kata, jika kita menempatkan tekanan yang tidak semestinya, maka akan terdengar ganjil. Sehingga perhatian pendengar beralih pada cara berbicara pembicara. Akibatnya pokok pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan sehingga menggangu keefektifan berbicara.

2.1.3 Pilihan Kata (Diksi)

     Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengar kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasinya. Pendengar juga akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata yang muluk-muluk dan kata yang berasal dari bahasa asing. Dalam hal ini hendaknya pembicara menyadari siapa pendengarnya dan apa pokok pembicaraannya, serta menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengar.

2.1.4 Ketepatan Sasaran Pembicaraan

     Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Ciri keutuhan akan terlihat jika setiap kata betul-betul merupakan bagian yang padu dari sebuah kalimat dan akan rusak karena ketiadaan subjek atau adanya kerancuan. Perpautan bertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata. Pemusatan perhatian pada bagian yang terpenting dalam kalimat dapat dicapai dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau pada akhir kalimat, sehingga bagian ini mendapat tekanan waktu berbicara. Kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata,, sehingga tidak ada kata yang mubazir. Sebagai sarana komunikasi, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran pendengar persis seperti apa yang dimaksud oleh pembicara.

 2.2 Faktor-faktor Nonkebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

 2.2.1 Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku

     Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar. Dari sikap yang wajarsaja sebenaarnya pembicara sydah dapat menunjukan otoritas dan integritas dirinya. Sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi. Sikap ini memerlukan latihan, jika sudah biasa, lama-kelamaan rasa gugupakan hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar.

2.2.2 Pandangan Haarus Diarahkan Kepada Lawan Bicara

     Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, pandangan pembicara sangat membantu. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.

 2.2.3 Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain

      Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat meneruma pendapat orang lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Namun, tidak berarti si pembicara begitu saja mengikuti atau mengubah pendapatnya, tetapi harus mampu mempertahankan pendapatnyadan meyakinkan orang lain dengan ketentuan pendapatnya itu mengandung argumen yang kuat dan diyakini kebenarannya.

 2.2.4 Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat

     Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan menggangu keefektifan berbicara.

2.2.5 Kenyaringan Suara Juga Sangat Menentukan

     Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak. Kita aturlah kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga mengingat kemungkinan gangguan dari luar.

2.2.6 Kelancaran

     Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa dan sebagainya. Sebaiknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.

2.2.7 Relevansi / Penalaran

     Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

2.2.8 Penguasaan Topik

     Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

 a. Menguasai faktor-faktor kebahasaan untuk menunjang keefektifan berbicara sehingga dapat menjadi  seorang pembicara yang baik dengan ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi, menggunakan pilihan kata (diksi), serta ketepatan sasaran pembicaraan.

b. Menguasai faktor-faktor nonkebahasaan untuk menunjang keefektifan berbicara sehingga pembicaraan yang disampaikan menjadi menarik untuk didengarkan dengan melakukan sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, harus mengarahkan pandangan kepada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat pihak lain, menggunakan gerak-gerik dan mimik yang sesuai, memperhatikan kenyaringan suara, berbicara lancar, mempunyai relevansi, serta menguasai topik.

3.2 Saran

     Untuk menjadi seorang pembicara yang baik, maka harus menguasai faktor-faktor kebahasaan maupun faktor-faktor nonkebahasaan untuk mengefektifkan pembicaraan. Dengan menguasai hal tersebut, maka komunikasi antara pembicara dan pendengar akan berjalan dengan lancar serta tepat sasaran.


DAFTAR PUSTAKA

1. Dra. G. Arsjad, Maidar & Drs. Mukti u.s. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa        Indonesia.   Jakarta : Erlangga.
Previous
Next Post »