MENULIS PROSA

Goodpeople-- Kesempatan kali ini pun saya masih berbagi mengenai materi ke-5 buku 8 pengembangan kompetensi menulis, yakni membahas mengenai menulis prosa. Selengkapnya silakan baca di bawah ini :)

JUDUL : MENULIS PROSA

BAB 1   PENDAHULUAN
    1.1  Apa Itu Prosa ?
    1.2  Jenis Prosa
    1.3  Unsur-Unsur Prosa
BAB 2   PROSA LAMA
    2.1  Definisi Prosa Lama
    2.2  Jenis Prosa Lama
    2.3  Contoh Prosa Lama
BAB 3   PROSA BARU
    3.1  Definisi Prosa Baru
    3.2  Jenis Prosa Baru
    3.3  Contoh Prosa Baru
DAFTAR PUSTAKA 


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Apa Itu Prosa ?
    Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama adalah prosa bahasa Indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat, sedangkan prosa baru ialah karangan bebas yang terkontaminasi budaya Barat serta tidak terikat oleh aturan-aturan apa pun.

1.2  Jenis Prosa
    Adapun jenis-jenis prosa dapat dibagi menjadi empat (4), yakni sebagai berikut :
a. Prosa Naratif
Yaitu karangan yang isinya menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.
b. Prosa Deskriptif
Yaitu karangan yang isinya menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
c. Prosa Eksposisi
Yaitu karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan sejelas-jelasnya.
d. Prosa Argumentasi
Yaitu karangan yang berisi ide atau gagasan yang dilengkapi data-data kesaksian bertujuan mempengaruhi pembaca untuk menyatakan persetujuannya.


1.3  Unsur-Unsur Prosa
    Layaknya seperti karya sastra yang lain prosa juga memiliki unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dibawah ini akan dibahas mengenai apa-apa saja yang termasuk ke dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik prosa.
    Adapun unsur intrinsik prosa  yakni terdiri dari :
1). Tema    
Yaitu suatu yang menjadi pokok masalah atau persoalan sebagai bahan karangan, yang diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang. Tema prosa fiksi terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema bawahan. Sedangkan untuk cerpen (cerita pendek) hanya memiliki  tema utama saja.

2). Alur/Plot
Yaitu urutan atau kronologi peristiwa yang dilukiskan pengarang dalam suatu cerita rekaan, terjalin satu dengan yang lainnya. Alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
    Alur umum, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut :
a)    Eksposisi (Perkenalan/Pengantar)
Eksposisi adalah proses penggarapan serta memperkenalkan informasi penting kepada para pembaca. Melalui eksposisi, seorang pengarang mulai melukiskan atau memaparkan suatu keadaan, baik keadaan alam maupun tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut, serta informasi-informasi yang akan diberikan pengarang kepada pembaca melalui uraian eksposisi tersebut.
b)    Komplikasi (Penampilan Masalah)
Komplikasi adalah adanya masalah yang terjadi di antara para tokoh, baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat, maupun tokoh dengan suasana yang terdapat dalam cerita rekaan.
c)    Klimaks (Puncak Ketegangan)
Klimaks adalah suatu permasalahan yang telah mencapai pada puncaknya (meruncing).
d)    Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian)
Antiklimaks adalah suatu peristiwa yang ditandai dengan menurunnya tingkat permasalahan yang terjadi pada tokoh.
e)     Resolusi (Penyelesaian)
Resolusi adalah kejadian akhir yang merupakan penyelesaian permasalahan di atara para tokoh cerita.

    Berdasarkan cara menyusun tahapan-tahapan alur, maka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
a) Alur Lurus (Alur Maju/Alur Agresif)
Yaitu rangkaian cerita dikisahkan dari awal hingga cerita berakhir tanpa mengulang kejadian yang telah lampau.
b)  Alur Sorot Balik (Alur Mundur/Alur Regresif/Flash Back)
Yaitu kebalikan dari alur lurus. Rangkaian ceritanya mengisahkan kembali tokoh pada waktu lampau.
c)  Alur Campuran
Yaitu gabungan antara alur maju dan alur sorot balik.

    Berdasarkan hubungan tahapan-tahapan dalam alurnya, maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a)  Alur Rapat
Yaitu alur yang terbentuk apabila alur pembantu mendukung alur pokoknya.
b)  Alur Renggang
Yaitu sebaliknya, alur yang terbentuk apabila alur pokok tidak didukung oleh alur pembantu.

    Berdasarkan kuantitasnya, maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a)  Alur Tunggal
Yaitu alur yang hanya terjadi pada sebuah cerita yang memiliki satu jalan cerita saja, biasanya terjadi pada cerpen.
b)  Alur Ganda
Yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita yang memiliki jalan cerita lebih dari satu, biasanya ada pada novel.

3). Tokoh
        Yaitu pelaku di dalam cerita dan mengambil peranan dalam setiap insiden-insiden. Tokoh terdiri atas sebagai berikut :
a)  Tokoh Protagonis (Tokoh Utama/Tokoh Sentral)
Yaitu tokoh yang paling berperan dalam cerita dan umumnya bersifat baik.
b)  Tokoh Antagonis (Lawan Peran Utama)
Yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis, umumnya memiliki sifat yang jahat.
c)  Tokoh Komplementer (Pembantu)
Yaitu tokoh sampingan yang berperan sebagai pembantu tokoh protagonis dan antagonis.

4). Penokohan
    Yaitu watak atau karakter dari para tokoh di dalam cerita. Adapun jenis penggambaran watak tokoh dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu :
a) Metode analitik, yaitu pemaparan secara langsung (eksplisit) watak atau karakter para tokoh dalam cerita, seperti; penyayang, penyabar, keras kepala, baik hati, pemarah, dan lain sebagainya.
b)   Metode dramatik, yaitu metode penokohan yang dipergunakan pencerita dengan membiarkan para tokohnya untuk menyatakan diri mereka sendiri lewat kata-kata, dan perbuatan mereka sendiri, misalnya lewat dialog, jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh, perbuatan, sikap tokoh, lukisan fisik, dan sebagainya.
c)   Metode kontekstual, yaitu cara menyatakan watak tokoh melalui konteks verbal yang mengelilinginya. Jelasnya, melukiskan watak tokoh dengan jalan memberikan lingkungan yang mengelilingi tokoh, misalnya: kamarnya, rumahnya, tempat kerjanya, atau tempat di mana tokoh berada.
Watak tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Penokohan dapat dilakukan melalui dimensi (a) fisik, (b) psikis, dan (c) sosial.

5). Latar (Setting)
        Yaitu mengenai lingkungan (tempat atau lokasi, waktu, dan suasana) terjadinya suatu peristiwa di dalam cerita.
a.  Tempat      :  umpamanya di rumah sakit, daerah wisata, di daerah transmigran, di kantor, di kamar tidur, di halaman, dan lain sebagainya.
b.  Waktu       :  tahun, musim, masa perang, suatu upacara, masa panen, periode sejarah, dan sebagainya.
c.  Suasana     :  aman, damai, gawat, bergembira, berduka atau berkabung, kacau, galau, dan sebagainya.

6). Sudut Pandang (Point of View)
Yaitu status atau kedudukan si pengarang dalam cerita. Ada empat macam sudut pandang, antara lain :
a.  Pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku utama (pengarang = aku);
b.  Pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku sampingan;   
c.  Pengarang berada di luar cerita sebagai orang ketiga; dan
d.  Kombinasi atau campuran, kadang-kadang di dalam dan kadang-kadang di luar cerita.

7). Gaya Bahasa
Yaitu cara yang digunakan oleh si pengarang untuk mengungkapkan maksud dan dan tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata, atau kalimat. Jadi, gaya bahasa atau majas meliputi; kata, frasa atau kelompok kata, kalimat (struktur) biasa/majas. Gaya bahasa atau majas adalah ibarat kendaraaan bagi seseorang pengarang yang akan membawanya kemana arah tujuan yang ingin ditujunya. Gaya bahasa atau majas merupakan faktor dominan dalam karya prosa fiksi.

8). Amanat
Yaitu pesan-pesan yang disampaikan oleh si pengarang melalui cerita yang digubahnya. Si pengarang menyampaikan amanatnya dengan dua cara, yaitu :
a.  Secara eksplisit (terang-terangan): pembaca dengan mudah menemukannya; dan
b.  Secara implisit (tersirat/tersembunyi): untuk menemukan amanat dalam hal ini, pembaca agak sukar menemukannya, terlebih dulu pembaca hendaknya membaca secara keseluruhan isi cerita tersebut.

Adapun unsur ekstrinsik prosa yakni unsur-unsur yang berasal dari luar aspek sastra, yang ikut membangun penyusunan suatu karya sastra. Unsur-unsur luar ini meliputi :   
1).  Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi);
2).  Latar belakang kehidupan pengarang; dan
3).  Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.




BAB II
PROSA LAMA


2.1  Definisi Prosa Lama
    Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pula babak-babak sastra pertama dalam rentetan sastra Indonesia mulai ada.


2.2  Jenis Prosa Lama
    Adapun jenis dari karya sastra prosa lama adalah sebagai berikut :
a).  Hikayat    
Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh : Hikayat Hang Tuah, Kabayan, si Pitung, Hikayat si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
b).  Sejarah
Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh : Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
c).  Kisah
Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
d).  Dongeng
Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut :
•    Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
•    Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
•    Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
•    Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
•    Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
•    Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor.
Contoh : Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
e).  Cerita Berbingkai
Cerita berbingkai, adalah cerita yang didalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh : Seribu Satu Malam.
2.3  Contoh Prosa Lama
    Dibawah ini merupakan contoh-contoh dari karya sastra prosa lama, yakni sebagai berikut :
a).  Contoh Dongeng (Fabel)
Burung Gagak dan Rubah
    Pada suatu waktu, seekor burung gagak sedang terbang berputar-putar mencari sesuatu untuk dimakan. Ketika ia mendekati sebuah rumah, ia melihat sepotong keju tergeletak di atas ambang jendela.
Dengan menukik secara cepat, ia menyambar potongan keju tersebut dan membawanya pergi. Ia terbang ke tempat yang sepi dan bertengger di atas dahan pohon untuk memakannya dengan tenang.
Pada saat bersamaan, seekor rubah sedang melintas jalan itu. Saat ia melintas, ia melihat burung gagak tersebut dengan potongan keju di paruhnya.
Mulutnya mulai meneteskan liur dan ia memutuskan untuk merenggut potongan keju itu dari burung gagak. "Jika saja aku mampu untuk membuat paruhnya terbuka, keju itu akan jatuh. Selanjutnya aku bisa merebutnya dan lari. Aku kira tidak akan sulit untuk membodohinya."
Maka, dengan berjalan mendekati pohon tempat burung gagak bertengger, ia berkata,"Hai teman, kau kelihatan gagah hari ini. Apakah ada sesuatu yang istimewa terjadi hari ini ?"
Burung gagak amat senang mendengar hal itu. "Apakah aku benar-benar kelihatan sedemikian gagah? Belum pernah ada yang memberitahukan hal ini sebelumnya padaku,"ia berfikir. Namun, ia tetap diam.
Namun, rubah tersebut tekun untuk membuatnya bicara. Maka ia berkata, "Aku ingin memberitahumu bahwa kamu amat pandai bernyanyi. Aku tidak menyadari hal ini hingga aku mendengar kau sedang bernyanyi lain hari. Aku harus katakan bahwa kau memiliki suara yang amat merdu."
Tetapi burung gagak tersebut tetap tidak berkata sedikitpun. Dengan memutuskan untuk merayunya lagi, rubah berkata, "Benar tuan gagak! Percayalah padaku, aku belum pernah mendengar suara yang indah seperti suaramu. Aku telah menunggu lama untuk mendengarkan nyanyianmu. Sekarang, setelah aku bertemu denganmu, kau harus menyanyikan lagu untukku."
Burung gagak tersebut terkejut mendengar pujian sebanyak itu bagi suaranya. "Aku tidak pernah mengira suaraku sedemikian indah. Belum pernah ada yang memberitahuku kalau aku pandai menyanyi. Sebenarnya, aku sendiri juga akan suka mendengar diriku menyanyi. Namun bagaimana aku bisa menyanyi? Aku sedang menggigit keju di paruhku." Dengan cara ini ia tetap diam sekali lagi.
Rubah memutuskan untuk mencoba keberuntungannya sekali lagi. Maka ia berkata, "Benar, tuan gagak. Aku benar-benar ingin mendengar suaramu, paling tidak sekali saja. Maukah kau membantuku ?"
Burung gagak terlalu gembira untuk mengendalikan dirinya lagi. Maka sambil memutuskan untuk akhirnya menyanyikan sebuah lagu, ia membuka mulutnya. Bersamaan dengan itu, keju terjatuh ke tanah.
Rubah langsung merenggutnya dan melarikan diri. Tinggal lah burung gagak menyesali kebodohannya. 


b).  Contoh Cerita Berbingkai
Kisah 1001 Malam : Aladin dan Lampu Ajaib
    Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.
    Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. "Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu", kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin.
    Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan."
    Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami". Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu", kata si peri lampu.
    Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".
    Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.
    Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
    Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin.
    Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.



BAB III
PROSA BARU


3.1  Definisi Prosa Baru
    Prosa baru adalah karangan prosa bebas yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru merupakan pancaran dari masyarakat baru. Karya-karya prosa yang dihasilkan oleh masyarakat baru Indonesia mulai fleksibel dan bersifat universal; ditulis dan dilukiskan secara lincah serta bisa dinikmati oleh lingkup masyarakat yang lebih luas.


3.2  Jenis Prosa Baru
    Adapun jenis dari karya sastra prosa baru adalah sebagai berikut :
a).  Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. dugfiugs
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut :
•    Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
•    Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
•    Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
•    Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
•    Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b).  Novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
c.  Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d).  Riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.
e).  Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
f).  Resensi
Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
g).  Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi. dan tidak boleh di sentuh oleh siapa pun.

3.3  Contoh Prosa Baru
    Dibawah ini merupakan contoh-contoh dari karya sastra prosa baru, yakni sebagai berikut :

a).  Contoh Cerpen
Sepatu dari Temanku

“Amanda, Amanda, tunggu aku sebentar”.
Sekolah baru saja usai, Amanda sedang berjalan pulang ketika mendengar suara seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Terlihat Nisa berlari mengejarnya dengan tergopoh-gopoh.
“Ada apa Nisa ?”, Tanya Amanda keheranan.
“Begini, aku mau mengembalikan ini”, kata Nisa sambil mengangsurkan sebuah tas plastik kepada Amanda. Amanda, melihat isi tas plastik tersebut, lalu bertanya, “Lho, kenapa dikembalikan, kamu tidak suka sepatu ini ya?”
“Tidak, ee..., maksudku, aku suka sepatu itu.”
“Lantas mengapa sepatu ini kamu kembalikan kepadaku, apakah kamu tidak memerlukannya?”, Tanya Amanda menyelidik.
“Sebenarnya aku sangat memerlukan sepatu itu, tapi....”,suara Nisa terhenti, diaragu-ragu untuk meneruskannya.
“Tapi apa Nisa?”, Tanya Amanda lagi.

Nisa teringat dengan kejadian kemarin. Ketika itu, dia baru saja pulang dari sekolah. Saat masuk rumah, segera ditemuinya Ibunya yang sedang memasak di dapur.

“Bu…Bu…lihat”,katanya sambil berjingkat-jingkat penuh kegirangan.
Ibunya menengok sebentar kearah Nisa, kemudian kembali sibuk mengaduk-aduk masakannya dipanci, “Lihat apanya?”.
“Lihat ini dong Bu, bagus sekali kan”, kata Nisa sambil mengangkat kaki kirinya, menunjukkan sepatu baru yang sedang dipakainya.

Ibunya menengok sekali lagi sambil berkata, “Iya, bagus sekali sepatu yang kau pakai. Omong-omong, sepatu itu pinjam dari siapa?”.
“Ah Ibu, ini sepatu milikku”, kata Nisa dengan nadagembira.“O begitu. Lho, jadi kamu sudah membuka tabunganmu ya.
Memangnya sudah terkumpul banyak uang tabunganmu?”, Tanya ibunya.
“Tidak, uang tabunganku masih utuh di dalam celengan. Sepatu ini aku dapat dari Amanda. Dia yang memberikannya untukku”. “Ah masak sih, kok bisa begitu?”, tanya ibunya tidak percaya.
“Ingat, kamu jangan suka meminta-minta lho pada teman-temanmu”, lanjutnya.“Tentu tidak dong.

Bu”, sergah Nisa, “ceritanya begini : kebetulan Amanda membeli sepatu baru minggu lalu, tapi ternyata sepatu itu kebesaran sedikit. Karena itu Amanda menawarkannya kepadaku. Lantas aku coba, kok pas sekali untukku. Lalu Amanda memberikannya untukku”. “Wah beruntung sekali kamu Nisa. Apakah ayah dan ibu Amanda mengetahuinya?”, tanya ibu Nisa.
“Tentu saja Bu. Mana berani Amanda memberikannya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mereka baik sekaliyaBu”,kata Nisa.
“Iya. Tapi aku yakin Bapakmu tidak akan suka”, kata ibu Nisa sambil tetap memasak. “Tidak mungkin dong Bu”, kata Amanda yakin, “Bapak pasti juga akan gembira”.“Tunggu saja kalau Bapak pulang nanti”, wanti-wanti ibunya.

Benar. Ketika ayahnya pulang ke rumah setelah seharian mengemudi becak, Nisa langsung menyambutnya dengan memamerkan sepatubarunya. Tapi jawaban ayahnya seperti perkiraan ibunya tadi.
“Apa? Kau diberi sesuatu lagi oleh temanmu. Cepat kembalikan. Kita sudah menerima pemberian terlalu banyak dari mereka Nisa. Dulu tas dan peralatan tulis-menulis. Bulan lalu seragammu juga diberi oleh ayah Amanda serta uang sekolahmu dilunasinya ketika Bapak tidak punya uang. Sudah tidak terhitung lagi pemberian mereka kepada kita”
“Tapi Pak, Amanda memberikannya dengan ikhlas kepadaku”, kata Nisa membela diri.

“Betul. Bapak tidak menyangkal ketulusan hati mereka. Tapi ini sudah terlalu banyak. Mereka selalu membantu kita, tapi apa yang bisa kita berikan kepada mereka? Tidak ada”, kata ayah Nisa dengan sedih.

“Mereka tidak mengharapkan balasan dari kita Pak”, kata Nisa mencoba meyakinkan ayahnya. “Tidak. Pokoknya sepatu tersebut harus dikembalikan segera”, jawab ayah Nisa dengan tegas. “Dan jangan menerima lagi pemberian mereka. Keluarga Pak Ahmad memang baik sekali, tetapi kita tidak bisa terus-menerus menerima bantuan dari mereka tanpa kita bisa membalasnya. Apa yang bisa kita berikan kepada mereka, mereka itu kaya sekali dan tidak memerlukan sesuatu dari kita yang miskin ini”.
“Tapi Pak…”, Nisa mencoba menawar. “Tidak ada tetapi, ini sudah menjadi keputusan Bapak. Sepatu itu sudah harus dikembalika nbesok”.
“Ya Pak’, kata Nisa menyerah.

Amanda memandang wajah Nisa yang sedih ketika menceritakan alasannya mengembalikan sepatu pemberiannyatersebut. “Ya sudah, nggak usah sedih. Bagaimana kalau sepatu ini tetap kamusimpan saja, tidak usah bilang ayahmu”, kata Amanda menghibur.
“Tidak bisa. Aku sudah janji pada Bapak untuk mengembalikan sepatu ini”, kata Nisa.
“OK. Aku simpankan dulu ya sepatu ini, nanti jika ayahmu sudah tidak marah lagi, kamu boleh mengambilnya lagi”.  “Baiklah Amanda, kamu baiksekali. Kamu memang sahabatku yang sejati”, kata Nisa sambil memeluk sahabat karibnya itu.
Keesokan harinya, Amanda tidak masuk sekolah. Nisa mencari-cari ke manapun di sekolah tapi Nisa tetap tidak tampak juga. Pada jam pelajaran ketiga Pak Guru memberi pengumuman kepada murid-murid sekelas Nisa : “Anak-anak, ada kabar buruk. Pak Ahmad, ayah Amanda mengalami kecelakaan mobil pagi tadi. Beliau terluka parah dan sekarang berada di rumah sakit memerlukan darah yang cukup banyak. Bapak akan segera meminta guru-guru untuk mendonorkan darah bagi Pak Ahmad. Kalian dibolehkan pulang lebihawal. ”Anak-anak segera berebut keluar kelas untuk pulang. Nisa juga segera keluar ruangan dan berlari menuju ke tempat ayahnya biasa mangkal. Terlihat ayahnya masih duduk di atas becaknya menunggu calon penumpang. Nisa bergegas menemuinya dan menceritakan pengumuman PakGuru tadi.

Mereka berdua segera menuju ke rumah sakit dan menuju ke ruang gawat darurat di mana ayah Amanda dirawat. Setelah ayah Nisa menjelaskan maksud kedatangannya, seorang kerabat Pak Ahmad menunjukkan jalan ke ruang PMI untuk donor darah. Setelah darahnya diambil, terlihat para guru sekolah Amanda berdatangan dan sebagian mendonorkan darahnya. Berkat sumbangan darah dari ayah Nisa dan para guru, kondisi Pak Ahmad segera membaik.

“Terima kasih banyak, Pak Arif”, kata Pak Ahmad pada saat menengok Pak Ahmad di rumah sakit. “Berkat bantuan Pak Arif, saya bisa pulih kembali seperti sediakala”.
“Ah tidak Pak, itu memang sudah kewajiban saya untuk membantu sesama. Apalagi kan selama ini keluarga Pak Ahmad sudah sangat sering membantu kami, tanpa kami mampu membalasnya”,kata ayah Nisa.

“Pak Arif tidak perlu memikirkan untuk membalasnya. Kami melakukan semuanya selama ini dengan ikhlas. Nisa kan teman Amanda yang paling akrab dan sering membantu Amanda dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya. Saya kira itu sudah cukup. Karena itu terima kasih Pak Arif telah menyelamatkan nyawa saya”, kata ayah Amanda sambil tersenyum.

“Sama-sama Pak, kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang tak terhitungkan selama ini”, kata Pak Arif. Nisa dan Amanda saling berpandangan dengan gembira mendengar percakapan kedua orangtua mereka.

“Kalau begitu, boleh kan saya memberikan sepatu saya kepada Nisa”, tanya Amanda.
“Tentu saja, tentu saja Amanda. Begitu kan Pak Arif. Ini sebagai ungkapan terima kasih kami”,kata ayah Amanda cepat-cepat. “Baiklah”, jawab ayah Nisa tidak mampu menolaknya.

“Horeeeeeeeeee”, teriak Amanda dan Nisa bersama-sama sambil melompat-lompat gembira.
“Ha….ha….ha….”, ayah ibu Amanda dan Nisa tertawa berderai melihat kelakuan kedua anak itu.


b).  Contoh Esai
Tak Menangis Saat Kalah
    Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa empat orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya buatan sendiri sebab memang begitulah peraturannya.
    Ada seorang anak yang bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, tetapi ia termasuk dalam empat anak yang masuk final. Di banding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyaksikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab mobil itu buatan tangannya sendiri.
    Tibalah saat yang dinantikan final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalurlintasan, telah siap empat mobil dengan empat pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah. Namun sesaat kemudian Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.
    Matanya terpejam dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian ia berkata “Ya, aku siap.” Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu entakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itupun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, besemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.
    “Ayo...ayo..., cepat...cepat, maju...maju”. Begitu teriak mereka. Ahha sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finispun telah terlambai. Ternyata Mark lah pemenangnya. Ia, semuanya senang begitu juga Mark. Ia berucap dan berkomat lagi dalam hati. “ Terima kasih, Tuhan.”.
    Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan ketua panitia bertanya “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan ?”
    Mark terdiam. Ia, benar, tapi bukan doa meminta kemenangan yang aku panjatkan kata Mark. Ia lalu melanjutkan, sepertinya, tak adil unuk meminta kepada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku hanya bermohon kepada Tuhan supaya aku tak menangis jika aku kalah.
    Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.
    Mark tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibandingkan kita semua. Mark tidaklah memohon kepada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark tak memohon Tuhan untuk meluruskan dan mengatur setiap hasill yang ingin dirainya. Anak itu juga taka meminta Tuhan untuk mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lainnya.
    Namun, Mark bermohon pada Tuhan agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa agar diberikan kemuliaan dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa kepada Tuhan agar mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan untuk menghalau setiap halanagan dan cobaan yang ada di depan mata.
    Sesungguhnya, bukankah yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntutan-Nya, dan panduan-Nya ? Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui ? Kita harus yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membut kita lemah, cengeng, dan mudah menyerah.
    Jadi, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu ada dalam lindungan-Nya saat menghadapi ujian tersebut.


DAFTAR PUSTAKA


Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sstra. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada 10 University Press.

Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sukada, Made. 1987. Beberapa Aspek tentang Sastra. Denpasar: Penerbit Kayumas & Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba.

Jatiyasa, I Wayan. 2012. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Prosa. Diakses tanggal 10 Mei 2013. Tersedia di http://iwayanjatiyasatumingal.blogspot.com.

Febryani, Velencia Maria. 2012. Hikayat Hang Tuah. Diakses tanggal 10 Mei 2013. Tersedia di http://www.scribd.com.

Tia, 2005. Aladin dan Lampu Ajaib. Diakses tanggal 8 Juni 2013. Tersedia di http://dongeng1001malam.blogspot.com.



      Nah, setelah membaca uraian di atas, Goodpeople-- sudah tahu kan jenis-jenis prosa beserta definisi dan contohnya. Silakan baca post saya selanjutnya mengenai Menulis Kritik Sastra .




Previous
Next Post »