CINTA YANG SELALU KU BACA
Senin pagi di sebuah universitas negeri Bandung, program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, ruang 18. Pukul 08.40, mata kuliah prosa fiksi dan drama. Seraya menunggu kedatangan dosen, seperti biasa, kelas ramai oleh celotehan mahasiswa yang sangat bersemangat, terutama tentang gosip terhangat yang sedang ramai di tv.
Nanda : (tiba-tiba berdiri dan berjalan ke tengah kelas) Hei.. hei.. hei... Teman-teman...! Hari ini Pak Jusung tidak bisa hadir. Sebagai gantinya, beliau memberi tugas untuk membuat novel karya kita sendiri, sesuai dengan struktur dan kaidah yang sudah kita pelajari kemarin.
Aprilia : Adduuhhh...! (sambil menepukkan tangannya ke dahi) Bagaimana ini ? Nanda.. Nanda..! Itu kapan dikumpulinnya ?
Nanda : Dikumpulinnya bulan depan, Pril.
Aprilia : Huuufftt... Oke deh. (wajahnya terlihat sangat kebingungan) Bagaimana aku bisa membuatnya, membaca buku fiksi saja aku tak suka.
Nanda : Aku punya solusi untuk masalahmu, Pril. Besok kan kita libur nih, besok aku jemput kamu jam sembilan pagi ya. (wajahnya penuh semangat)
Aprilia : (mengerutkan dahinya) Mmmmm... Baiklah.. Aku tunggu.
*Pukul 09.00 WIB...
Aprilia : (mondar-mandir di depan gerbang kontrakannya sambil terus-menerus melihat jam tangannya) Haduuuuhhh... Si Nanda kemana aja ? Udah jam segini belum datang juga. Kebiasaan deh orang Indonesia gak bisa tepat waktu.
Nanda : (berlari kecil menghampiri Aprilia) Pagi..! Sudah lama menunggu ya ? Hehe..
Aprilia : Kakiku sampai pegal-pegal nih.. Kamu ini.. Ya sudah, ayo pergi. Udah siang nih.. Tapiiiii... Kita mau pergi ke mana, Da ?
Nanda : Kita pergi ke gramedia. Cari buku referensi buat tugas novel. Terutama kamu, Pril. Kamu harus banyak baca buku-buku fiksi supaya kamu bisa memahami dan membuat novel.
Aprilia : Ciiiiieeeee.... Kamu perhatian dan pengertian banget sama aku.. (sambil mencubit pipi Nanda) Makasih ya..
Nanda : Iya dong.. (tersenyum) Yuuukkk kita pergi sekarang.
*Gramedia..
Aprilia : (perhatiannya tertuju pada sebuah novel yang menarik hatinya. Ia meraih novel itu dan memandanginya dengan serius, kemudian mulai membuka halaman demi halaman)
Nanda : Dooooorrrr..!! (mengejutkan Aprilia) Sepertinya sudah ada kemajuan nih.. Alhamdulillah... Hehe..
Aprilia : Iiiiiiihhh... Dassaarrrr... Kamu ini.. Awaassss ya... (Aprilia dan Nanda mulai membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan novel seraya bercanda tawa)
Miesel : (berjalan mundur sambil melihat novel-novel di rak buku atas)
Aprilia : Aduuuhhh..! (hampir terjatuh)
Nanda : (menahan tubuh Aprilia yang hampir terjatuh) Kamu gak apa-apa, Pril ?
Miesel : Asstagfirullah..! Ya ampuunnn.. Maaf.. Maaf.. Maaf.. Saya tidak sengaja. Saking asik melihat-lihat novel, saya jadi tidak melihat orang lain. Sekali lagi saya minta maaf. Kamu tidak apa-apa kan ?
Aprilia : Oh iya, aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. (seraya tersenyum)
Miesel : Syukurlah.. Kalau begitu, saya permisi.
Nanda : Pril, udah jam satu siang nih.. Kita pulang sekarang yuukk..
Aprilia : Ayuuukk... Tapi aku mau ke kasir dulu. Aku mau nyoba baca novel ini. Nanda, sebelum pulang, kita makan siang di Mayashi yuukk.. Aku pengen makan mie ramen nih... Hehe
Nanda : Oke.. Oke.. Aku juga pengen makan bento nih.. Hehe
*Satu bulan setelah tugas novel dikumpulkan.. Di kontrakan Aprilia..
Nanda : Waaahhhh.. Sekarang buku fiksimu lumayan banyak ya, Pril.. Ini sudah kamu baca semua ? (sambil melihat koleksi buku fiksi Aprilia yang menumpuk di meja belajar)
Aprilia : Hehe... Alhamdulillah... Ini juga berkat bantuan darimu, Da. Aku jadi ketagihan baca buku fiksi dan sekarang aku udah mencoba menulis cerita fiksi. Dan aku akan menulis sampai tulisanku dimuat di surat kabar.
Nanda : Siipp... Siipp... Eh.. Ngomong-ngomong... Apa nih yang bikin kamu termotivasi banget buat baca buku fiksi dan sampai kamu menulis seperti ini ? Aku jadi penasaran.. Soalnya kamu itu berubah seratus delapan puluh derajat. (mencubit gemas pipi Aprilia)
Aprilia : Mmmmmm... Kasih tahu gak ya ? Hehe... Motivasinya sederhana. Aku bisa seperti ini karena desain-desain buku fiksi itu. Pertama kali aku melihatnya, aku langsung jatuh hati. Hehe
Nanda : (mengerutkan keningnya dengan rasa bingung) Serius, Pril ?? Ah yang benar saja. Masa cuma karena itu saja.
Aprilia : Aku serius Nanda. Ya terserah kamu mau percaya atau tidak.
Nanda : (melihat desain buku-buku fiksi Aprilia dan melihat nama orang yang mendesainnya) Pril.. Pril.. Dari semua buku fiksi yang kamu punya, orang yang mendesainnya itu sama ?!
Aprilia : Iiiyyyaaa... He..
Nanda : Waaahhh... Jangan-jangan.... Kamu suka ya sama orang ini ? (tanya Nanda sambil menggoda Aprilia)
Aprilia : Huusshhh... Sembarangan.. Aku hanya suka dengan desain gambar yang dia buat saja. Dan setiap kali buku yang dia desain, isinya itu menarik juga, Da. Udah lah udah.. Kamu kan gak punya bakat seni yang tinggi, jadi gak bakal ngerti.. Haha... (Aprilia dan Nanda tertawa)
*Dua tahun setelah Aprilia wisuda...
Nanda : (menelpon Aprilia) Assalamualaikum, Pril..
Aprilia : Waalaikumsalam, Da..
Nanda : Hey.. Apa kabar ? Oiya, hari ini cerpenmu dimuat di surat kabar. Tadi aku sudah baca, ceritanya bagus. Aku suka. Tetap semangat ya..
Aprilia : Alhamdulillah baik. Hehe.. Makasih ya Da, iya siap bu guru... Oiya, novelku bentar lagi mau terbit, Da..!
Nanda : Hah ? Serius Pril ?! (teriak kegirangan) Akhirnya setelah sekian lama, novelmu diterbitkan juga. Selamat ya... Aku bangga banget sama kamu, Pril.
Aprilia : Iya, Nanda. Aku juga gak nyangka novelku bakal terbit. Alhamdulillah.. Oiya, Da.. Udah dulu ya, aku mau ke pihak penerbit buat konsul lagi.
Nanda : Oh.. Iya, Pril. Sekali lagi selamat dan sukses ya.. Assalamualaikum..
Aprilia : Waalaikumsalam, Da..
*Tempat Penerbit
Raka : Aprilia, bagaimana ? Apakah kamu sudah menyerahkan file dokumennya ?
Aprilia : Iya, sudah. Kemarin saya sudah kirim ke email, Mas.
Raka : Oke. Kalau begitu mari kita ke ruangan sebelah untuk merundingkan desain novel kamu. Mari... (mempersilakan Aprilia mengikutinya)
Aprilia : (mengikuti Raka)
Raka : (mengetuk pintu tiga kali, kemudian membukanya) Miesel..
Aprilia : (berkata dalam hati) Hah ?? Miesel ?? Mungkinkah...
Miesel : Hai..! Raka.. (melambaikan tangan) Silakan duduk.
Aprilia : Terima kasih. (tersenyum seraya duduk)
Raka : (mengangguk tersenyum) Miesel, kamu sudah buat desain novel Aprilia ini ? (menunjuk Aprilia yang ada di sampingnya)
Miesel : (berpikir sejenak) Aprilia Mizuki ? (menunjuk Aprilia)
Aprilia : (menganggukkan kepala) Iya.. (kemudian melihat ID card Miesel. Sontak Aprilia terkejut tak percaya) Miesel Candrawinata (kata Aprilia dalam hati)
Raka : Nah, Aprilia, sekarang silakan kamu berdiskusi lagi dengan Miesel terkait desain novelmu. Saya masih ada urusan yang lain. Miesel, jangan kecewakan wanita cantik ini ya. Hehe.. (tersenyum dan pergi meninggalkan ruangan desain)
Miesel : Oke. Desain untuk novel kamu baru saja selesai dibuat. Ini berdasarkan permintaan kamu kemarin. Silakan dilihat dulu. (menunjukkan desain yang berada dalam laptopnya)
Aprilia : (jantungnya berdetak kencang. Dia merasa gugup dan canggung) Ini.... lebih dari yang saya harapkan, Mas. Saya suka. (tersenyum malu)
Miesel : Baiklah. Kalau kamu sudah setuju dengan desain ini. Berarti siap cetak.
Aprilia : Kalau gitu saya permisi dulu ya, Mas. Terima kasih sudah membuat desain novel saya yang begitu menarik. (tersenyum bahagia)
Miesel : Iya, sama-sama, Aprilia (sambil tersenyum)
Aprilia : (beranjak meninggalkan ruangan desain)
Beberapa minggu kemudian setelah penerbitan, novel Aprilia menjadi novel bestseller. Dia pun kembali menulis beberapa novel baru dan menjadi bestseller juga. Kesuksesannya diraih atas proses kreatif yang terus-menerus dilatih sehingga menjadi terampil menulis.
EmoticonEmoticon